Pada Jumat (4/3/2016), harga karet mentah terpantau sebesar 1. 280 dolar AS/metrik ton, tengah harga terlebih dulu ada kesepakatan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) hanya sebesar 1. 040 dolar AS/metrik ton.
" Saya begitu yakin cepat atau lambat akan punya pengaruh pada petani. Saat ini sudah naik sekitaran 240 dolar AS/metrik ton dan saya rasa itu telah perbaikan yang cukup baik, padahal AETS-nya baru jalan 1 Maret ini, " papar dia, Jumat (4/3/2016).
Oleh karena itu, dia optimistis bila harga komoditas karet senantiasa tambah baik untuk mendatang akibat barangnya sudah mulai berkurang di pasar. Saat ini, ekspor terbesar karet masihlah ke Amerika dan diinginkan dengan perbaikan ekonomi global keadaan akan jadi tambah baik, walaupun tetaplah mesti mewaspadai keadaan Tiongkok.
Untuk menangani permasalahan harga internasional itu, dia memohon ada langkah periode pendek dari pemerintah faedah melindungi kelangsungan dari bidang hulu di petani karet.
" Kami juga memohon untuk ada penambahan konsumsi karet di dalam negeri, yang satu diantaranya dengan memakai proyek-proyek infrastruktur yang akan dibagun dengan memakai karet, " kata Moenardji.
Sebagai umpamanya dengan menggunakan karet sebagai bahan kombinasi dalam aspal untuk berjalan-jalan yang dibangun oleh pemerintah. Menurut dia, terkecuali meningkatkan tingkat konsumsi karet di domestik aspal karet juga memiliki ketahanan yang jauh lebih baik, di banding aspal kebanyakan.
Dia juga menyanggah asumsi bila rendahnya harga karet petani karena tidak terserap industri. Menurut dia, yang berjalan yakni sebaliknya karena semuanya produksi petani karet diserap oleh industri karet remahan.
" Produksi karet rakyat habis diserap oleh perusahaan crumb ruber dan tidak ada yang tersisa. Sebab, industri Gapkindo kapasitas terpasangnya hingga 5 juta ton, tengah produksi petani hanya 3, 2 juta ton sampai kami sebenarnya masih tetap kekurangan, " papar dia. MARI KITA SEBARKAN KABAR INI.
BERITA LENGKAP DI HALAMAN BERIKUTNYA
Halaman Berikutnya