Minggu, 27 Maret 2016

Menikahlah Untuk Ibadah Bukan Hanya Karena Cinta Semata


Naluri untuk melanjutkan keturunan adalah sebuah naluri yang Allah anugerahkan kepada setiap umat manusia, sebuah rasa yang pada awalnya bermula oleh ketertarikan kepada lawan jenis hingga keinginan untuk selalu dekat dan membangun kehidupan bersama dengan lawan jenis tersebut, para ulama menamakannya dengan ghariza nau’.

Karena adanya naluri itulah muncul kecenderungan laki-laki kepada perempuan dan perempuan kepada laki-laki. Tak hanya kecenderungan hati, tetapi juga kecenderungan syahwat . Untuk memuliakan manusia, mengangkat harkatnya agar lebih terhormat Allah SWT membuat sebuah tata aturan sebagai jalan perwujudan naluri ini yaitu pernikahan.

***

Menikah karena Allah

“Ada empat perkara yang termasuk Sunnah para Rasul: rasa-malu, memakai wewangian, bersiwak, dan menikah.” (HR. At-Tirmidzi)

Dalam salah satu sabdanya Rasulullah SAW mewasiatkan kalau menikah adalah sunnahnya para rasul, di hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda kalau pernikahan adalah penyempurnaan dari sebuah hadits di kitab  ash-Shahiihah yang dihasankan oleh syeikh al-bani :

“Jika seorang hamba menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya; oleh karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah untuk separuh yang tersisa.”

Sementara Allah SWT memerintahkan menikah kepada hamba-hambanya sebagaimana termaktub dalam surah an-nur ayat 32 :

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya…”

Itulah sebagian kecil dari perintah Allah dan Rasulnya perihal pernikahan, jelas sudah kalau menikah adalah sebuah ibadah yang memang Allah anjurkan. Sesuatu yang awalnya terlarang bahkan haram menjadi halal dan berlimpah pahala kebaikan setelah halal melalui akad pernikahan, itulah indahnya pernikahan. Ada pahala kebaikan dalam setiap detik ketaatan seorang istri kepada suaminya dan juga ada pahala kebaikan di setiap detik kasih sayang seorang suami kepada istrinya.

***

Tentang cinta

Cinta, ya terkadang inilah yang menjadi suatu ujian dalam memulai pernikahan. Menjadi suatu kebahagiaan memang bagi mereka yang Allah pertemukan ketika sudah memiliki kecenderungan rasa sebelum masa pernikahan apalagi di masa-masa penantian itu mereka sama-sama menjaga hati dan diri (tanpa aktivitas pacaran). Mungkin kita akan terkenang pada kisah cinta Ali – Fatimah yang akhirnya bertemu dalam pernikahan dan setelah menikah mereka baru menyadari kalau ternyata sama-sama telah memendam cinta.

Cinta, memang tak bisa lepas dari setiap hubungan dua anak manusia, laki-laki dan wanita. Sebab cinta adalah energi yang membuat buhul ikatan itu semakin menguat, membuat energi saling melayani antar pasangan semakin meningkat-ningkat, membuat sebuah rumah tangga serasa berenergi yang melahirkan bahagia. Ya, cinta memang mampu mengubah segala-galanya, karena memang ia bersumber dari maha segala-galanya.

Kalau dalam episode kehidupan Ali dan fatimah dikisahkan bagaimana Allah pertemukan dua anak manusia yang sama-sama memendam cinta. Sekarang kita beralih pada kisah lain, dua anak manusia yang tak kenal, bahkan mereka saling merasa asing satu sama lain. Yang satu adalah seorang laki-laki yang jelek parasnya, hitam kulitnya bahkan dekil penampilannya dan miskin juga kehidupannya namun ia memiliki satu mutiara yang berharga dan bahkan tak ternilai yaitu ketaatannya pada Allah dan Rasulnya.

Melalui perantara Rasulullah Muhammad SAW Allah pertemukan laki-laki ini dengan seorang gadis, Rasulullah menawarkan laki-laki ini pada seorang gadis. Dan, yang luar biasa gadis yang sebelumnya tak mengenal laki-laki yang kita ceritakan diatas menerimanya hanya dengan alasan agung, karena laki-laki itu pilihan Rasulullah SAW, dia mencintai Rasulullah dan diapun mencintai laki-laki yang Rasulullah SAW pilihkan, sesederhana itu ia mencinta.

Terkadang menyedihkan jika kita melihat realita hari ini, disaat sekain banyak dalih penundaan menikah salah satunya adalah dalih menunda karena belum bertemu dengan orang yang dicinta, takut setelah menikah tak bisa mencintai, khawatir jika menikah tanpa ada cinta maka tak akan bahagia serta berbagai dalih serupa.
Sahabatku semua, pernikahan adalah ibadah yang Allah dan rasulnya perintahkan. Dan cinta bukan salah satu syarat untuk memulai sebuah pernikahan, cukup ketaatanmu dan ketaatannya yang menyatu dalam ikatan pernikahan InsyaAllah dengan izin Allah akan melahirkan cinta yang indah. Mudah bagi Allah menumbuhkan cinta dalam hatimu, mudah bagi Allah menyemaikan cinta dalam hati pasanganmu, cukup cintai Allah, cintai Rasulnya dan menikahlah sebagai bentuk mencintai Allah dan Rasulnya, maka tunggulah cinta diantara kalianpun akan bertumbuh, InsyaAllah. [Uda Agus/Elmina]

BERITA LENGKAP DI HALAMAN BERIKUTNYA

Halaman Berikutnya