Selasa, 29 Maret 2016

Apakah Doa Di Hari Rabu itu Mustajab? Inilah Penjelasannya


Doa Di Hari Rabu itu Mustajab?


Benarkah doa di hari rabu itu mustajab? Krn ada yg bilang, itu antara dzuhur dan asar di hari rabu, itu waktu mustajab dlm berdoa. Apa benar demikian?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Terdapat hadis dari Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhuma,

أن النبي صلى الله عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثلاثا يوم الاثنين، ويوم الثلاثاء، ويوم الأربعاء، فاستُجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين فعُرِفَ البِشْرُ في وجهه، قال جابر: فلم ينزل بي أمر مهمٌّ غليظ إِلاّ توخَّيْتُ تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف الإجابة


“Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam berdoa tiga kali di Masjid Al Fath, yaitu hari Senin, Selasa dan Rabu.

Ketika hari Rabu, doa beliau dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui dari kegembiraan di wajah beliau.

Jabir mengatakan, ‘Setiap kali ada perkara penting yang berat, maka saya memilih waktu ini untuk berdoa, dan saya mengetahui doa saya dikabulkan.”

Dalam riwayat lain, Jabir mengatakan,

فاستجيب له يوم الأربعاء بين الصلاتين الظهر والعصر


“Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu di antara shalat Zhuhur dan Ashar”

Status Hadis:

Hadis ini diriwayatkan Imam Ahmad 14563, al-Bukhari dalam Adabul Mufrad 704, dan al-Baihaqi dalam Syuabul Iman 3874. Semua dari jalur Katsir bin Zaid, dari Abdullah bin Abdurrahman bin Ka’ab.

Tentang Katsir bin Zaid, ulama ahli hadis berbeda pendapat dalam memberikan penilaian. Ada yang menilainya tsiqqah (terpercaya) dan banyak yang mendhaifkannya.

Di satu tempat, Ibnu Ma’in menilainya, “Tidak masalah.” Di tempat lain, beliau menilainya sebaliknya.

Sementara, Ya’qub bin Syaibah menilainya lemah. Demikian pula an-Nasai. Sementara Abu Hatim menyebut beliau, ‘Soleh, namun tidak kuat, hadisnya bisa ditulis.’ (Tahdzib at-Tahdzib, 8/371).

Sementara Abdullah bin Abdurrahman bin Ka’ab bin Malik, ada biografinya dalam Tarikh al-Kabir (5/133) dan Jarh wa at-Ta’dil Ibnu Abi Hatim (5/95), namun tidak ada penilaian untuknya, baik pujian maupun celaan. Sehingga status perawi ini, Majhul Hal (tidak diketahui keadaannya).

Sebagian ulama menilai hadis ini dhaif. Diantaranya Syaikh Syuaib al-Arnauth. Dalam Tahqiq Musnad Ahmad, beliau menyatakan,

إسناده ضعيف، كثير بن زيد ليس بذاك القوي، خاصة إذا لم يتابعه أحد، وقد تفرَّد بهذا الحديث عن عبد الله بن عبد الرحمن بن كعب، وهذا الأخير في عداد المجاهيل، وله ترجمة في “التعجيل” (563)


Sanadnya dhaif. Katsir bin Zaid tidak kuat dalam hal ini. terutama ketika tidak diiringi perawi yang lain. Padahal dia meriwayatkan hadis ini sendirian dari Abdullah bin Abdurrahman bin Ka’ab. Sementara perawi kedua ini termasuk daftar orang majhul. Ada biografinnya di kitab at-Ta’jil. (Tahqiq Musnad Ahmad, 22/425).

Di sisi lain, Syaikh al-Albani menilai hadis ini hasan. Beliau mengatakan, sanadnya jayid.

Ketika mennyinggung hadis ini, Syiakhul Islam mengatakan,

وفي إسناد هذا الحديث : كثير بن زيد ، وفيه كلام ، يوثقه ابن معين تارة ، ويضعفه أخرى . وهذا الحديث يعمل به طائفة من أصحابنا وغيرهم ، فيتحرون الدعاء في هذا ، كما نقل عن جابر ، ولم ينقل عن جابر رضي الله عنه أنه تحرى الدعاء في المكان ، بل تحرى الزمان


Dalam sanad hadis ini terdapat perawi, Katsir bin Zaid. Dan statusnya dipertanyakan. Terkadang dinilai tsiqqah Ibnu Ma’in dan terkadang beliau dhaifkan.

Dan hadis ini diamalkan oleh sebagian ulama hambali dan yang lainnya. Mereka memilih waktu hari rabu itu untuk memperbanyak doa. Sebagaimana keterangan Jabir. Dan tidak dinukil dari Jabir bahwa beliau memilih tempat (masjid Fath) untuk berdoa. Namun beliau memilih waktunya. (al-Iqtidha, 2/344).

Allahu a’lam

BERITA LENGKAP DI HALAMAN BERIKUTNYA

Halaman Berikutnya