Senin, 03 Juli 2017

Ultimatum Rizieq dari Arab: Rekonsiliasi atau Revolusi!


Dari Arab Saudi, pimpinan FPI sekaligus Ketua Dewan Pembina GNPF MUI Habib Rizieq Shihab menyerukan pesan kepada pendukungnya di Indonesia. Seruan Rizieq terkait kasus hukum yang menjeratnya beserta sejumlah ulama dan aktivis. Dia menekankan rekonsiliasi atau revolusi.

Seruan Rizieq disampaikan lewat video berdurasi 12.20 menit. Video ini dikirim kepada Suara.com lewat pengacara Rizieq, Kapitra Ampera. 

Di awal seruan, Rizieq menyampaikan terimakasih dan apresiasi terhadap para habaib dan ulama yang mengawal aksi bela Islam atas keterlibatan dalam berbagai aksi damai untuk menyuarakan perjuangan.

Rizieq mengatakan dari Arab Saudi selalu memonitor dan mencermati serta mengevaluasi semua pergerakan pendukungnya di Indonesia, mulai dari GNPF MUI yang disebutnya terus membangun dialog dengan semua pihak, termasuk dengan pemerintah.

"Lalu gerakan tim pembela ulama dan aktivis yang terus membangun komunikai hukum, kemudian gerakan Presidium Alumni 212 yang terus membangun perlawanan secara konstitusional, juga gerakan Gentari dan Gerakan Bela Negara serta lainnya dari elemen kebangsaan yang terus membangun kesadaran tentang pentingnya kembali ke UUD 1945 yang asli. Hingga gerakan Muslim Cyber Army yang terus membangun opini perlawanan di dunia cyber.  Dan lain sebagainya dari aneka elemen gerakan pro aksi bela Islam, termasuk gerakan pondok-pondok pesantren dan majelis-majelis ta'lim serta majelis-majelis dzikir dalam memberi semangat juang kepada umat Islam di berbagi daerah, termasuk juga gerakan ormas-ormas Islam dan ormas-ormas kebangsaan yang terus merajut persatuan bangsa dan penegakan keadilan. Tidak terkecuali gerakan partai politik yang pro keadilan dan pro rakyat," papar Rizieq.

Rizieq mengingatkan semua gerakan tersebut harus saling melengkapi dan saling menyempurnakan serta saling menguatkan satu sama lainnya. Gerakan dibangun atas dasar saling pengertian sehingga menjadi kekuatan dahsyat, kata Rizieq.

Rizieq meminta tetap menjaga saling pengertian di antara semua elemen gerakan, tidak boleh dipecah belah dengan isu atau prasangka sehingga saling curiga, yang bisa mengantarkan kepada perpecahan.

"Kehancuran perjuangan jika terhadap "lawan" kita harus bersikap "negative thinking" yaitu berpikir negatif untuk tetap membangun kewaspadaan, maka terhadap "kawan" kita wajib bersikap "positif thinking" yait berpikir positif untuk menjaga persatuan dan persaudaraan," kata Rizieq.

Rizieq kemudian menyoroti pertemuan tujuh perwakilan GNPF ke Istana dan bertemu Presiden Joko Widodo di hari Idul Fitri.

"Pertemuan pimpinan GNPF MUI dengan Presiden RI dan para menterinya di Istana Negara harus dimaknai sebagai bagian dari peran GNPF MUI yang sejak awal berdiri selalu proaktif membangun komunikasi dan dialog dengan semua pihak," kata dia.

Rizieq minta jangan sampai pertemuan tersebut diartikan sebagai bentuk pelemahan perjuangan, apalagi pengkhianatan.

Masih terkait dengan pertemuan dengan Presiden, kata Rizieq, GNPF MUI akan menggelar rapat akbar dengan pimpinan semua elemen pendukung untuk melaporkan tentang apa yang sudah dan sedang serta akan dilakukan GNPF MUI.

"Insya Allah, rapat akbar yang kan digelar GNPF MUI yang akan datang ini akan menjadi satu forum silaturahmi untuk lebih memperkuat tali persudaraan dan persatuan semua elemen juang yang pro aksi bela Islam selama ini. Silakan semua pimpinan elemen juang menuangkan pikiran dan saran serta kritik membangunnya dalam rapat akbar tersebut untuk kemaslahatan perjuangan membela agama dan bangsa serta negara," kata dia.

Rizieq meminta jangan sampai terjadi pedebatan di ranah publik karena bisa kontraproduktif.

"Stop perdebatan via medsos karena hanya akan jadi fitnah yang memecah belah umat. Stop perdebatan via medsos karena hanya akan jadi fitnah yang memecah belah umat," kata dia.

Kemudian Rizieq menyampaikan ultimatum perjuangan.

"Rekonsiliasi atau revolusi. Ultimatum ini bukan menyerah. Sekali lagi saya katakan ultimatum ini bukan sikap menyerah. Sekali lagi ultimatum ini bukan sikap menyerah. Akan tetapi justru sikap ksatria para habaib dan ulama dalam mengimplementasikan ruh aksi bela Islam 411 dan 212 yang selalu mengedepankan dialog dan perdamaian dengan semua pihak," kata dia.

Rizieq kemudian menegaskan  tidak ada rekonsliliasi tanpa stop krimnialisasi ulama dan aktivis dan tidak ada rekonsiliasi tanpa stop penistaan terhadap agama apapun.

"Tidak ada rekonsiliasi tanpa setiap penyebaran paham komunisme, marxisme, Leninisme, dan liberalisme serta paham sesat lainnya. Tidak ada rekonsiliasi tanpa stop kezaliman terhadap rakyat kecil yang lemah dan tak berdaya. Tidak ada rekonsiliasi tanpa menjunjung tinggi asas musyawarah dan asas proporsionalitas di seluruh aspek dan sektor serta bidang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia," kata dia.

Jika semua hal tersebut tidak dipenuhi, kata Rizieq, tidak ada pilihan lain kecuali revolusi.

BERITA LENGKAP DI HALAMAN BERIKUTNYA

Halaman Berikutnya