Jumat, 08 April 2016

Cinta Buta Pada Istrinya & Durhaka Pada ibunya,Jenazah Hangus Terbakar 30 menit Setelah di Kubur

Orang-orang bergegas membantunya, mereka repot mengangkut barang barang masuk kedalam rumah. Sesudah usai. Yang memiliki rumah segera berkenaln serta akrab dengan orang-orang.Nama saya Karta, saya pindahan dari kampung sawah, ini istri saya. Nita tutur Karta. Tau seorang



ibu keluar dari rumah itu dengan menggengam sapu di tangan. Bila ibu yang tua itu siapa?
Bertanya salah satu tetangga yang barusan di salami Karta. 
Ohh..... itu ibu saya, nama beliau Fatimah, suaminya telah wafat dunia, saya anak pertama,
hingga saya bertanggungjawab atas keluarga, terlebih ibu. Jadi saya ajak ibu untuk tinggal
berbarengan kami.  

narasi karta. Keluarga Karta terlihat serasi, orang-orangpun akrab dengan keluarga karta. Banyak
tetangga yang memberikan pujian pada keluarga itu, lantaran tidak sering terdengar pertikaian.
Walau demikian siapa kira, apa yang terlihat di mata warga sekitaran situ teryata tidak sama
dengan fakta.




Memanglah pada awalnya di keluarga itu tak ada terjadi konåik. Tetapi di lalu harinya ada saja
permasalahan, hal hal yang remehpun dapat jadi sumber permasalahan, terlebih pada Ibu
Fatimah serta istri Karta senantiasa saja berlangsung perselisihan. Ibu Fatimah kerap terima
cacian, hinaan ätnahan dari istri Karta.

Walau demikian ibu Fatimah senantiasa sabar menerimanya, dia tak pernah membalas perlakuan
sang menantu. Harapan yang di idam idamkan untuk menggunakan saat tuanya dengan anak,
menantu serta cucu dalam sehari-harinya yang di beri warna bunga bunga kebahagiaan teryata
pupus telah. baca jugaTetapi untuk kasihnya untuk anak terkasih, dia ikhlas terima beragam perlakuan yg tidak
sewajarnya dari sang menantu. Eh tua bangka janganlah enak enakan disini ya.... memangnya
tidak ada yang di kerjain, kerjanya hanya bercakap saja! Bentak menantunya.

Walau sebenarnya sang ibu telah bekerja sepanjang hari penuh, tetapi ada saja yang salah pada
dirinya. cacian, hinaan, ätnahan senantiasa saja di tuduhkan ke dianya. bahkan juga darah
dagingnya sendiri yag ia lahirka, dirawat mulai sejak kecil turut membencinya.
Mas, saya tak suka dengan ibu, masa sepanjang hari kerjanya hanya sekedar duduk saja, saya kan
lelah sudah harus menjaga anak kita si Dini, membereskan rumah, eh.... ada yang lain bukannya
turut menolong kata Nita pada suaminya. Sudahlah kamu tenang saja, kelak saya yang bicara pada
ibu. lama lama hilang juga kesabaran saya padanya, ucap Karta. Hasutan untuk hasutan selalu di
tuduhkan pada ibunya.

Tidak tahan mendengar pengaduan istrinya. Karta yang semula tak ambil pusing pada akhirnya
menyapa ibunya. sampai satu malam berlangsung pertikaian yang hebat. Mas, saya sudah tidak
sanggup tinggal di ruamah ini, seperti di neraka saja, Saya atau dia yang keluar dari rumah ini.
Bila Mas tak mengeluarin tua bangkat.

Itu dari tempat tinggal malam ini dapat, saya yang bakal keluar... tantan Nita. Lantaran termakan
dengan ätnah istrinya, pada akhirnya Karta tega mengusir ibunya sendiri. Bu saya telah tak
mampu dengan sikap ibu, ada saja pertengakran yang nampak. Dari pada rumah tangga saya
hancur lantaran kehadiran ibu dirumah ini, tambah baik ibu keluar dari tempat tinggal ini malam
ini dapat, Ibu dapat tinggal di rumah Tini atau Tuti. Usir Karta.

Saya Tidak ingin tahu, bagaimanapun langkahnya ibu mesti meninggalkan rumah malam ini
dapat, bentak Karta tanpa risih lagi. Nak ibu bakal keluar dari sini, walau demikian malam telah
larut, bagaimana mungkin ibu pergi. Izinkan ibu untuk tinggal malam ini saja, besok pagi ibu
bakal meninggalkan rumah ini, pinta ibu Fatimah. Lagi lagi istri Karta menyela, Mas, saya atau dia
yang keluar meninggalkan rumah ini.

Lantaran Karta takut kehilangan istrinya yang dicintainya, dia lebih ikhlas ibunya yang perlu
keluar dari tempat tinggalnya. Walau sebenarnya dirumah itu ibunya juga mempunyai saham buat
mengadakan rumah itu. Keluar! saya tidak ingin tahu! Bentak Karta dengan bengis. Bahkan juga
dengan sombongnya Karta. juga mendorong ibunya keluar rumah. Nita, istri Karta sendiri dengan
angkuhnya, seolah bakal tunjukkan dianya kalau dialah pemenangnya. Cuma berbekal beberapa
potong baju, tanpa diberi duit satu rupiah juga, ibu Fatimah Meninggalkan tempat tinggal itu.

" SAYA TIDAK AKAN RIDHO DUNIA AKHERAT AKAN PERLAKUANNYA KEPADAKU,
KUHARAMKAN AIR SUSU YANG TELAH DIMINUMNYA, SEMOGA DIA DI BAKAR DI DUNIA DAN
DI AKHERAT. "

Kutuk ibu Fatimah. Dengan air mata yang selalu mengalir di pipinya yang telah mulai
mengeriput, wanita tua itu selalu menyelusuri jalan raya seseorang diri. lantaran tak membawa
Bu Fatimah sangat terpaksa jalan kaki menuju tempat tinggal anaknya yang lain. Mulai sejak
kepergian ibunya, kehidupan rumah tangga karta bukanya jadi tambah serasi. Bahkan juga
terakhir Karta jatuh sakit, Sembilan bln. lamanya Karta Melawan sakit. Bermula cuma gatal gatal
umum, lalu lama kelamaan terlihat memerah di sekitaran perutnya. Sebagian dokter serta
paranormal sudah ia datangi, tetapi penyembuhanya yang ia lakoni sia sia saja, tidak ada
akhirnya, bahkan juga harta yang ia punyai mulai habis untuk menyembuhkan penyakit itu.
Tubuh mulai mengurus, jalan juga telah mulai tidak mampu, pada akhirnya ia berbaring lemah
sepnjang saat di ranjangnya, dari perutnya keluar cairan yang begitu bau. Rekan rekan serta
beberapa tetangganya juga mulai menjauh takut

tertular dengan penyakit karta. Tubuhya tidak dapat di gerak gerakkan kekanan ata kekiri lantaran
bakal menyebabkan rasa sakit yang sangat begitu apabila bergerak. Belakang tubuhnya mulai lecet
lecet di sebabkan lama berbaring kaku di ranjang. Karta mengerti kalau sakit yang
dideritanya itu di sebabkan oleh sikapnya yang sudah mendurhakai ibunya sendiri. Maka dari itu
ia juga memohon supaya sang ibu datang kerumahnya supaya ia dapat mohon maaf pada sang ibu.
Tolong panggilakan ibu saya, saya menginginkan berjumpa denganya, saya sudah berdosa
padanya, ratap Karta. Karta mengerti kalau sakit yang di deritanya itu di sebabkan oleh sikapnya
yang sudah mendurhakai ibunya sendiri. Jadi diapun memohon supaya sang ibu datang
kerumahnya, supaya dia dapat mohon maaf pada sang ibu. Tolong panggilkan ibu saya, saya
menginginkan berjumpa dengannya saya sudah berdosa padanya, ratap Karta.

Jadi di utuslah seseorang tetangganya untuk memohon ibunya datang. tetapi sang ibu tak
bergeming. Hatinya sangat sakit terima perlakuan anaknya yang kurang ajar serta tidak paham
balas budi itu. Luka hatiku tambah lebih sakit dari apa yang ia derita, tutur ibu Fatimah menampik
orang yang merayunya untuk datang menjumpai anaknya. orang itupun dengan langkah gontai
pergi meninggalkan rumah Tini.

Disamping itu Karta di ranjangnya, Karta selalu rasakan sakit yang sangat sagat, Badan Karta
meronta ronta kesakitan, matanya melotot, seolah ada mahkluk yang begitu menyeramkan
dihadapanya. Mas, mas... mengapa mas?... istighfar mas, mas..... astaughärlloh al'adziim.. " tutur
Nita sembari memegang badan Karta yang semakin lama Hentakanya makin keras. Nita sadar,
suaminya tengah hadapi sakarotul maut, ia juga membimbing suaminya dengan membaca kalimat
Tahlil. Laa ilaaha illallah,.... " berkali kali, dengan deraian airmata, Nita selalu membimbing
suaminya supaya ikuti ucapannya.. 

Hingga datang saat subuh, Karta masihlah saja rasakan sakarotul maut. Nita pergi meninggalkan
suaminya untuk menunaikan sholat subuh. Dengan air mata berlinang ia sujud memohon pada
Allah SWT, supaya suaminya cepat diambil nyawanya dari pada mesti tersiksa seperti itu. Pada
jam 1/2 enam, dengan mata yang sembab, Nita kembali masuk ke kamar suaminya.

Dipegangnya badan Karta, dingin telah merayapi sekujur badannya, Nafasnya tercekat di Leher,
terdengar orokan panjang dari mulutnya. Pas jam enam pagi, Karta hembuskan Nafas
Terakhirnya, dengan mata melotot, seakan olah lihat ke atas serta jari tangan yang membengkok
kaku dan mulut yang menggangga lebar. Orang orang repot mempersiapkan prosesi kematian
Karta. Orang-orang sekitaran datang berduyun duyun untuk bertakziah....

Baru melangkahkan kaki di pintu masuk, tercium bau yang tidak enak, walau sebenarnya ruang
telah di semprot aroma, di tiap-tiap pojokan di tempatkan kamper untuk kurangi bau tidak enak
itu. Walau demikian bau itu tetap harus ada. pelayat yang datang dan merta tutup hidung supaya
tidak tercium bau tidak enak itu. orang orang yang memandikan jenazah juga sangat terpaksa
mesti memakai masker supaya tak tercium bau tidak enak. anehnya air kotor serta bau yang keluar
dari perut Karta tidak ingin jadi kering. walau sebenarnya perut itu telah di tempelin berlapis lapis
kapas. pada akhirnya orang orang yang mengurusi jenazah segera mengafani.

sesudah usai di sholatkan, jenazahpun di bawa ke tanah pemakaman dengan memakai mobil
ambulance. sesampai di pemakaman liang kubur juga sudah di buat persiapan. sesudah prosesi
pemakaman usai, tidak beberapa lama, rombongan siap kembali pada mobil. tiba tiba datanglah
sebagian lelaki yang tergesa gesa. saya tidak mengijinkan mayat ini di kubur di tanah ini, lantaran
kami membayar tanah di sekitar ini.



Tanah ini telah jadi kavling pemakaman keluarga kami. Saya mohon angkat jenazah itu saat ini
juga. tutur orang itu. Tolonglah pak, mayat ini telah di pendam, mustahil kami gali lagi, jawab pak
ustadz Abdulah.
Kami tidak ingin tau, tanah ini telah jadi punya keluarga kami. kami minta di gali saat ini juga!
ucap orang itu lagi dengan agak geram. Lantaran orang yang mengakui mempunyai tanah kavling
itu tidak ingin mengalah, pada akhirnya pihak keluarga karta sangat terpaksa mengalah juga jadi
makam yang baru sekitaran 1/2 jam di timbun itu juga di gali kembali untuk di pindahkan
ketempat yang lain. Saat papan penutup liang kubur di bongkar, jadi jenazah karta juga terlihat
dari luar.

Kebanyakan orang tercengang lihat jenazah itu. Bagaimana tidak, kain kafan putih yang
membalutnya beralih jadi abu abu, kalau bila pergantian warna itu dikarenakan oleh tanah
makam yang berlumpur pasti warnanya coklat kemerahan, bukanlah abu abu. Hal semacam ini
pasti bikin tanda bertanya besar di hati beberapa pengantar jenazah. saat mayat itu mendak di
angkat, orang orang yang mengangkatnya keheranan.Lantaran ukuran jenazah itu jadi lebih pendek dari awal mulanya. Akibatnya sisi ujung kain kafan
itu jadi terlihat lebih panjang dari yang semestinya. Pak ustadz, kain kafannya dibuka dahulu saja,
kelihatannya kok ada yg tidak beres? kata beberap orang. Jadi kain kafan itu juga di buka.
Demikian kain kafan di terbuka, jadi terkejutlah kebanyakan orang yang ada. Bagaimana tidak
Begitu tak, mayat Karta yang baru dikubur Sekitaran 1/2 jam, sudah beralih jadi hitam serta
gosong seperti hangus terbakar.  

Kakinya tertekuk ke dada. demikian halnya tangannya juga tertekuk. Mayat itu memiliki bentuk
tak akan lurus tetapi beralih seperti monyet. Layak saja bila mayatnya seperti lebih pendek. Lihat
keadaan jenazah yang mengerikan seperti itu, jadi mereka selekasnya membungkus kembali
dengan kain kafan yang tadi, sesaat sebagian orang mulai menggali lubang pendam baru yang
letaknya di tepi areal pemakaman dekat pagar batas.

Sesudah penguburan usai, satu persatu orang orang mulai meniggalkan makam itu. saat ini Karta
seseorang diri di lubang kuburnya. istri yang begitu di citai, yang di bela habis habisan juga tidak
bisa temaninya. Makin Banyak Yang Menebarkan Makin Banyak Anak Yang Terselamatkan Tak
Berdurhaka Pada Orang TuaNya....AYO BAGIKAN INGATKAN SESAMA

BERITA LENGKAP DI HALAMAN BERIKUTNYA

Halaman Berikutnya