Minggu, 27 Maret 2016

Pelajar Ini Tak Malu Jualan 'Slondok' demi Terus Sekolah


Setiap hari ada 25 bungkus slondok yang ia jajakan, sambil menaiki sepeda ontelnya Desi bisa menjual 10-25 bungkus seharga Rp 7 ribu.

Setiap hari, ketika orang-orang masih terlelap, pada pukul tiga dini hari  seorang remaja putera sudah sibuk. Nama pemuda itu, Desi Priharyana,  17 tahun.  Ia duduk duduk di bangku SMKN 2 Jetis Yogya. Pelajar  ini sudah cukup lama menjalani rutinitas sebagai penjual slondok, penganan khas yang terbuat dari singkong.

Demi memenuhi kebutuhan hidupnya, Desi menjalani 3 pekerjaan sekaligus. Saat malam hari ia bekerja sebagai penjaga di sebuah toko kelontong yang terletak di Desa Toino, Pandowoharjo, Sleman Yogyakarta.

Bagi Desi, melakoni beberapa pekerjaan tak jadi masalah asal ia bisa tetap sekolah dan memberikan sedikit uang saku untuk adiknya. Maklum, Kamto ayah Desi, hanyalah buruh serabutan.

Ia juga kerap menjual slondok. Setiap hari ada 25 bungkus slondok yang ia jajakan. Sambil menaiki sepeda ontelnya Desi bisa menjual 10-25 bungkus seharga Rp 7 ribu per bungkus.

"Upah yang saya terima dari jualan slondok sekitar Rp 2 ribu per bungkusnya. Lumayan untuk nambah-nambah beli alat tulis."

Saat ini dia tinggal bersama Ayahnya pak Kamto dan adiknya dititipkan ke budhenya, nama adiknya Rini Dwi Lestari. Disepanjang jalan tak pernah ada KATA MENYERAH, hanya terus kayuh sekuatnya untuk SAMPAI SEKOLAH. Semangat YANG LUAR BIASA untuk seumurannya. Demi sekolah dan biaya hidup keluarganya dia harus menjalani seperti ini. Salut dan bangga. Saya tanya mulai kapan berjualan Slondok? cukup lama sejak dia kelas SMP. Setiap harinya Desi membawa sekitar 25 bungkus slondok di dalam krombong-nya. Seharian bisa menjual 10-25 bungkus slondok. Harga satu bungkus slondok dijual Rp 7.000. Kadang sampai sekolahan dagangan slondoknya sudah habis di beli para pengguna jalan yang memberhentikan Desi mengayuh sepeda onthelnya.

Pembelinya ya orang-orang yang ada di pinggir jalan. Ada juga guru-guru serta teman-teman sekolah. Ya sekitar 200ribuan dapetnya, lumayan buat beli alat tulis dan uang saku buat adik.

Meski ke sekolah sambil berjualan slondok dengan sepeda onthel dan krombong, Desi tidak pernah merasa malu dengan teman sebayanya yang kebanyakan berangkat sekolah dengan sepeda motor. Desi merasa apa yang dilakukannya bukanlah sesuatu yang memalukan. [dream/gaulfresh]

BERITA LENGKAP DI HALAMAN BERIKUTNYA

Halaman Berikutnya