Kamis, 10 Maret 2016

[KISAH NYATA] ===> KETIKA RENTENIR ITU KAMI BAWAKAN AMBULANCE JENAZAH

Ini adalah kisah nyata di kehidupan kita sehari-hari, peristiwa ini terjadi bulan Mei 2012 di Jogjakarta, ketika gerakan‪ ‎Sedekah Rombongan‬ belum setahun umurnya berdirinya. Ada pasien terkena gejala stroke yang membuatnya tdk bs berjalan, dan tidak bs berjualan di pasar. Namanya bu SM, ibu beranak 6 orang yg masih kecil-kecil, suaminya buruh tani serabutan. Bu SM setiap hari berjualan di pasar untuk menghidupi anak-anaknya. 


Ketika sdh opname seminggu lebih di rumah sakit Panti Rapih Jogja, kondisinya sdh membaik. Sy datang kesana untuk mencari tau tentang kondisi keluarganya, dan. Terbukalah semuanya... Ternyata beban hidup bu SM sudah level akut karena hutang di beberapa rentenir. Hutangnya dari 5 juta jadi belasan juta, rumah mereka yang berlantai tanah tiap hari disatroni rentenir dengan seribu sumpah serapah, sampai anak-anak mereka yang kecil ketakutan. Sertifikat rumah disita, tiap bulan harus membayar berjuta-juta, padahal untuk makan saja tak bersisa. Setelah kordinasi dengan beberapa kurir SedekahRombongan, kami sepakat untuk menyelesaikan kasus itu.. Dana tersedia dari para donatur, kami akan gunakan untuk menuntaskan kasus duafa terdzolimi ini. Hari H nya, saya mengajak Wawan Abduh, kurir SedekahRombongan Jogja yang badannya besar, mantan sopir truk, tapi mlipisss bahasa Jawanya.. Hehe
"Wan, kita bawa ambulance jenazah aja yak.. Lumayan ben kethok gagah, nek obah medeni bocah.. Hehehe"

Berangkaat!

LOKASI PERTAMA: 

Pasar Sentul Jogjakarta
Kami menyusuri kios pasar tempat bu SM biasa jualan, ternyata dari daftar yang kami bawa ada hutang ke Bangke (Bank Keliling) disana yg memberi hutangan dengan bunga mencekik! Kami cari rentenir itu tidak ketemu, seorang ibu tetangga kiosnya menyarankan uang dititipkan padanya,

"Kalo gak dibayar segera nanti nambah terus mas dendanya, saya bayarkan saya nanti kalo orangnya muter sedang nagih.."

Urek-urek-urek! Kwitansi kami terima.. Lanjut lokasi berikutnya...

LOKASI KEDUA: 

Jalan Pramuka Jogja.
Rumahnya masuk gang, ambulance kami tinggalkan di pinggir jalan. Benerr ini rumah rentenir, jauh dari kesan kaya, tapi ketika masuk terbukti praktek itu ada. Si rentenir menunjukkan sisa hutangnya, kami ngeyel tidak mau membayar bunganya. Sisa 1,5 juta kami bayar, urek-urek-urek!

"Bu, jangan pernah lagi nagih hutang ke Bu SM, kalo masih ngeyel nanti urusan dengan kami..."

Si rentenir cuman merengut.

LOKASI KETIGA: 

dusun Maguwo, Selatan Bandara Jogja.
Ini rentenir dandanannya mirip dengan wanita si juragan kontrakan di film Kungfu Hustle, hehe.. Pakai daster, ngerokok, rambut kriting dipotong seset kayak lelaki, pakai gelang dan kalung emas.. Wajahnya suram tak ada sedikitpun keramahan.
Ketika kami meminta sertifikat rumahnya yang ditahan, dia membuka lemari.. Masya Allah! Itu lemari isinya ratusan sertifikat tanah dari para korban yang dijeratnya. Ck ck ck... Gile dah!!

Sertifikat berhasil kami ambil, dengan intimidasi seperti yang kedua tadi.
Di jalan saya membaca rincian nota hutangnya:
Pinjam 7.000.000
Biaya survey:
1.250.000
Administrasi: 300.000
Terima uang: 5.450.000
Bunga: 10% /bulan
Edaaaan!! Gendeeeeng!!!

Gimana gak remuk para pedagang pasar dimana-mana kalo begini. Cair tanpa agunan, diplorotin tiap hari sampai ke tulang!

LOKASI KE EMPAT: 

Jalan raya Berbah-Prambanan, Jogja.
Rentenir ini rumahnya di pinggir desa, depannya jalan raya.
"Wan.. Pepetkan ambulance di depan pintu rumahnya" kata saya
Dan benar ketika kami turun, rentenir itu gelagepan. Hehe..
Kami selesaikan hutangnya segera dan intimidasi untuk tidak lagi datang ke rumah bu SM.
Eh.. Itu rentenir malah curhat,
"Mas.. Kalo saya minta bantuan buat cucu saya bisa, jantungnya bocor harus bolak balik ke rumah sakit, ini rumah saya juga baru rusak, kemarin pas hujan angin atapnya rontok, gentengnya pada jatuh.. "
Ini saatnya bisa syiar, Wawan langsung nyikat!
"Laaah.. Njenengan cari uang haram kok! Gak kapok jadi rentenir? Ya siap-siap aja sama Allah dibuat terus susah hidupnya. Tobat lah bu, cari rejeki yang berkah saja!"
Klakep.. Diem! Gak bisa jawab dia. Hehehe..
Dengan santainya ambulance jenazah kami putar balik di depan rumahnya..

LOKASI TERKAHIR: 

Dusun di daerah Berbah Sleman.
Menurut anak bu SM, rentenir ini paling garang, kalau datang pasti sampai masuk ke dapur sambil mencaci maki seluruh keluarganya, termasuk anak-anaknya yang masih kecil.
"Mainkan Wan, pepetin ambulance ke depan pintu rumahnya, biar gak bisa keluar dia"
Seeeettt!! Rapeeet..

Ak ik uk.. Ak ik ukk.. Si rentenir tiba-tiba kayak orang gagu ketika gantian kami interogasi.
Dia mengeluarkan buku catatannya, tetep ngelesss katanya dia hanya petugas, juragan rentennya mangkal di pasar Prambanan, anak buahnya keliling mencari mangsa.
"Mbak, kalo njenengan gak berhenti jadi rentenir, siap-siap Allah mengazab di dunia, mau sakit parah, kecelakaan, karena dzalim ke sesama? Ya ambulance kita siap kok ngangkut mbak sekarang juga.."

Wajahnya makin pucet, bengong klakep gak bisa jawab!
"Mulai sekarang, kalo njenengan masih berani datang ke rumah bu SM sambil mencaci maki lagi, njenengan urusan dengan kami semua.. Ambulance siap!!"
Hehehe... Puass bener hati ini melihat tingkahnya gak berkutik.. Ndungkluuuk pas nulis kwitansi.

Sepanjang jalan saya ketawa ngakak bareng Wawan, antara ngenes dan bahagia! tugas selesai.. Sertifikat kami serahkan kepada bu SM ketika dia kembali ke rumah sakit.
Kawan-kawan semua, silahkan kalian bisa bergerak bareng-bareng di kota masing-masing, bikin gerakan seperti GARR (Gerakan Anti Riba & Rentenir) di Bekasi. Terserah namanya apa.

Nyetak spanduk ukuran 4 x 1 meter paling habis 60.000 saja, pasang di sudut-sudut wilayahmu. Paling tidak spanduk itu sudah bikin ngeri para rentenir yang muter nawarin hutang-hutang yang mencekik leher.
Setiap kebaikan harus berantai, dan harus kita yang memulai. Gak usah nunggu aparat bergerak, kekuatan masyarakat yang bersatu lebih besar jika digalang bersama-sama!
Berani?! Ayoo dimainkan!!

Seminggu kemudian, setelah laporan bantuan untuk Bu SM tayang di web sedekahrombongan.com, saya mendapat SMS:
"Mas Saya umur 28 tahun, sudah dua bulan saya tidak bisa bayar cicilan motor, bisakah saya mendapat bantuan SedekahRombongan untuk melunasi motor saya?"
Saya jawab: "ok kami bantu hari ini juga, tapi kamu kena stroke dulu yaaa..."
dan SMS saya tak pernah dibalas...
@Saptuari 

Sumber: Ditulis oleh: Saptuari Sugiharto  di grup Belajar Wirausaha Bareng Saptuari

BERITA LENGKAP DI HALAMAN BERIKUTNYA

Halaman Berikutnya