Jumat, 25 Maret 2016

Apakah Jawaban Shalat Istikharah Itu Berupa “MIMPI” ?


Salah satu aktivitas yang mesti dilewati dalam sebuah perjalanan panjang mencari jodoh adalah shalat Istikharah, walaupun sebenarnya shalat istikharah tidak hanya untuk mencari jodoh, tapi pada tulisan kali ini kita akan membahas shalat Istikharah dalam menentukan jodoh.

Ketika ada yang meminang, atau mungkin yang mengajak anda taaruf tentu anda perlu kemantapan hati, agar jodoh yang datang adalah yang terbaik, agar tidak ada penyesalan dikemudian hari. Karena bicara soal jodoh bukanlah bicara hal yang sederhana, hubungan yang dibangun bukan hanya untuk 1 atau 2 hari akan tetapi yang dibangun adalah ikatan cinta kasih yang panjang, tentu harapannya hingga mati dan ke syurga kelak. Jadi diawal benar-benar dibutuhkan kemantapan hati, keyakinan kalau itulah yang terbaik menurut Allah.

Istikharah adalah salah satu cara untuk mengetahui apakah ini jodoh yang terbaik untuk kita atau bukan, namun selama ini menjadi “mitos” bagi kita semua jika seseorang itu istikharah maka jawabannya adalah mimpi, ada yang dia bermimpi dengan seseorang tersebut berdua dalam suatu tempat, ada juga yang dia bermimpi dengan orang tersebut menjadi makmum dalam shalatnya berdua dan banyak lagi mimpi-mimpi yang ditemukan. Benarkah demikian? benarkah jawaban Istikharah dalam bentuk mimpi?

***

Menikah dengan orang yang tepat adalah impian semua orang, bertemu dengan imam yang mampu untuk menunjuk mengajari serta membimbing dalam keimanan serta ketakwaan tentu menjadi harapan semua muslimah. Yang menjadi rumit tentu memilih dan memastikan bagaimana jodoh kita itu apakah orang yang terbaik, orang tepat atau bukan. Maka ada beberapa ikhtiar yang mesti kita lakukan. Ikhtiar yang pertama tentu memantaskan diri kita, karena jodoh adalah cerminan diri. Bagaimana diri kita seperti itu jugalah jodoh kita kelak sebagaimana yang termaktub dalam surah annur ayat 26 :

“ Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. (Qs. An Nur:26)

So, ikhtiar pertama yang dilakukan tentu adalah memantaskan diri, meningkatkan ibadah, meningkatkan kapasitas keilmuan yang dibutuhkan dalam pernikahan kelak. Ikhtiar kedua yang dilakukan adalah meminta petunjuk pada Allah SWT memilih jodoh dengan ilmu Allah, berdoa pada Allah minta diberi petunjuk jodoh yang terbaik.

“Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, kehidupan, dan akhir urusanku (atau baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya. Kemudian dia menyebut keinginanya”(HR. Ahmad, Al-Bukhari, Ibn Hibban, Al-Baihaqi dan yang lainnya).”

Ya, itu adalah doa shalat Istikharah, dalam ikhtiar kedua ini kita memohon petunjuk pada Allah SWT, mohon ditunjukkan yang terbaik menurut “ilmu Allah” bukan “ilmu kita”. Karena keterbatasannya ilmu kita maka ditahap ini kita diminta untuk berserah diri pada Allah, menyerahkan keputusan terbaik hanya pada Allah. Namun yang menjadi pertanyaannya adalah dalam bentuk apakah Allah menunjukkannya? apakah dalam bentuk mimpi? seperti yang sering beredar dalam masyarakat kita hari ini?.

Mengutip pendapat Imam An-nawawi tentang mimpi, beliau mengatakan mimpi adalah perkara yang sangat lemah, apalah kualitas mimpi kita apalagi kita bukan manusia yang dijamin oleh Rasulullah SAW, Imam An-nawai juga menyampaikan mimpi kita adalah buah dari hawa nafsu-hawa nafsu yang muncul dari alam bawah sadar kita maka sesungguhnya janganlah kita meletakkan perkara yang haq ini pada perkara yang menduga-duga seperti mimpi. Jadi mimpi tidak bisa dan jangan dijadikan sebagai patokan dari Istikharah kita. Jadi yang bisa menjadi ukuran dari Istikharah kita adalah kemantapan serta keyakinan hati terhadap hal itu.

Ikhtiar ketiga yang dilakukan adalah meminta pendapat orang-orang shalih atau shalihat apakah mereka guru ngaji, ustadz ataupun ustadzah, karena orang-orang shaleh memiliki ketajaman mata hati serta firasat yang mungkin tidak dimiliki oleh orang biasa. Maka sudah semestinya sebelum memutuskan jodoh kita, melakukan konsultasi dengan orang-orang shalih. [elmina-id]

BERITA LENGKAP DI HALAMAN BERIKUTNYA

Halaman Berikutnya